Sabtu, 27 Oktober 2012

Makalah Biogeografi


BAB II
PEMBAHASAN
A.      PEMENCARAN DAN PERPINDAHAN (MIGRASI) BANTUAN DAN PENGHALANG
Pemencaran dan perpindahan merupakan dua aktivitas yang berlainan, walaupun mempunyai kaitan yang erat. Pemencaran hanya melibatkan diseminasi dari induk dan penyebaran (dalam arti yang dinamik) ke suatu tempat yang baru, sedang perpindahan mencakup pula keberhasilan pertumbuhan dan penghunian yang tetap (esesis). Pemencaran merupakan proses esesnsial yang mendahului migrasi, yang sesungguhnya hanya dapat tercapai dengan penghunian tetap di tempat baru. Di dalam alam hanya sebagian kecil bagian tubuh tumbuhan yang dapat dipencarkan dan yang dapat dengan tepat disebut sebagai diseminul (diaspora), benar-benar tumbuh tetap di suatu tempat dan benar-benar melakukan migrasi. Bukan hanya sebagian besar telah mati awal (prematur) atau jatuh di tanah gundul, atau terhenti di tempat yang tidak memberi kesempatan bagi mereka untuk mulai dengan suatu kehidupan baru, atau gagal untuk mempertahankan diri dalam perjuangan melawan pesaing yang lebih kuat, tetapi kondisi ekologi dan reaksi fisiologi harus terletak dalam batas-batas ynag sempit untuk keberhasilan terakhir. Oleh sebab itu bagaimanapun sebagian besar diseminul mengalami kehancuran.
Diaspora merupakan badan-badan yang benar-benar dipindahkan, paling banyak berupa alat-alat reproduksi seperti spora, biji, atau buah. Namun demikian dalam banyak hal diaspora itu merupakan badan –badan khusus yang bersifat vegetatif atau bagian-bagian tumbuhan yang tidak mengalami modifikasi, tumbuhan yang utuh, atau bahkan sekelompok tumbuhan, meskipun dalam hal yang terakhir biasanya hanya efektif secara kebetulan saja. Contoh seluruh tumbuhan yang dipindahkan adalah enceng gondok. Sering kali jenis tumbuhan atau individu yang sama akan mengahsilkan lebih dari satu macam diseminul, sehingga dengan demikian meningatkan peluangnya untuk berpindah secara efektif. Jadi, bila sebagian besar pohon hutan yang kita kenal di daerah iklim sedang di bagian bumi utara, seperti pohon pisang dan pohon cemara, normal berkembang biak dengan biji, ternyata pohon-pohon itu berkembang biak pula dengan cara tunas-tunas, cabang-cabang merayap dan kegiatan-kegiatan vegetative lainnya.
Selanjutnya sebagian besar jenis tumbuhan yang berhasil mengkolonisasi wilayah yang luas, tidak mengandalkan pada satu sarana pemencaran saja. Oleh karena itu Phragmites Communis yang sering dinyatakan sebagai jenis tumbuhan vascular yang agihannya paling luas di dunia, mempunyai keuntungan ganda dengan dimilikinya buah berjambut yang dipencarkan angin dan rimpang yang sedikit banyak dapat mengapung dan dipencarkan oleh air, disamping variabilitas yang cukup besar dalam bentuk dan suatu kemampuan untuk menempati kisaran habitat yang luas, dari yang basah sampai yang akuatik.
1.     PEMENCARAN OLEH ANGIN
Dengan berjalan-jalan di dalam hutan atau di lapangan di daerah iklim sedang dibelahan bumi utara pada suatu hari yang ramai dalam musim gugur, akan meyakinkan setiap orang yang tidak mau percaya bahwa arus udara bagaimana pun adalah penting dalam pemencaran banyak tumbuhan yang berbeda-beda. Angin tidak hanya meniup daun-daun dan kadang-kadang ranting-ranting kecil, yang bersama dengan daun-daun dan ranting itu terbawa serta misalnya parasit-parasit dan saprofit-saprofit yang menempel padanya, tetapi jelas bahwa angin itu mengengkut pula beberapa jenis biji dan buah sampai jarak yang cukup jauh. Semakin efisien adaptasi organ-organ tadi pada cara pemencaran ini, sampai tubuhnya demikian ringan atau yang “ perlawanan bentuk “ nya (form resistence)adalah sedemikian rupa, sehingga badan-badan tadi (biji, buah) hanya perlahan-lahan saja turun dalam udara tak mengalir dan yang melayang-layang tak terbatas lamanya dalam tiupan angin sepoi-sepoi, maka semakin jauhlah biji-biji atau buah-buah itu terangkut dari induknya. Contoh : biji-biji yang terdapat terdapat pada gulma bergetah yang tergolong dalam Asclepias spp, dan epilobium angustifolium, atau buah yang mempunyai “paying terbang” seperti terdapat pada Taraxacum spp dan berbagai anggota suku Asteraceae (Compositae) lainnya.
Lebih efektif lagi adalah pemencaran oleh arus udara, termasuk pusaran udara keatas yang membawa biji atau buah ke lapisan atas udara, bagi spora yang mikroskopik, khususnya spora cendrawan dan bakteri. Pemencaran dengan cara demikian dapat mencapai jarak, yang dalam banyak contoh terbukti sampai sejauh berates-ratus mil.
Suatu hal yang mengandung pelajaran yang penting adalah untuk memperhatikan dengan singkat organ-organ yang dipencarkan oleh angin dan cara-cara pemencaran oleh angin, khususnya bagian-bagian tubuh tumbuhan yang mengalami modifikasi untuk keperluan itu. Untuk itu, harus diingat beda antara biji dan buah dan asal serta sifat spora yang sama sekali berbeda dalam hal yang berbeda-beda pula.
a.     Spora
Spora merupakan diseminul utama untuk kebanyakan golongan tumbuhan rndah sampai dengan tumbuhan paku, termasuk tumbuhan paku itu sendiri dan sering kali dihasilkan dalam jumlah yang besarnya sangan fantastic. Contoh : Jamur lapangan rumput (Agaricus Psalliota Campetris) ditaksir dapat menghasilkan jumlah yang berlpat ganda. Meskipun sangat besar keaneka ragaman bentuk dan ukuran yang terdapat pada spora, pada umumnya spora itu sangat kecil dan mudah sekali terhembus angin yang ditimbulkan oleh pusaran udara katas yang berasal dari daratan yang panas dan dibawa ke bagian atas atmosfer yang kemudian diangkut sampai jarak yang sangat jauh. Spora-spora itu kadang-kadang dihembus keliling dunia tanpa turun ke bumi.
Sel-sel bakteri dan beberapa sel yang kecil-kecil lainnya dapat tergolong dalam ketegori yang sama seperti spora dalam hal ukuran dan kemampuannya untuk melayang-melayang dalam udara. Spora sering kali sangat tahan terhadap suhu rendah dan kekeringan yang pada hakekatnya dapat memperpanjang hidupnya, sehingga banyak yang terperangkap dalam situasi yang paling jauh pun tetap hidup, dan mampu berkecambah bila diberi kondisi yang cocok dan spora-spora itupun dapat dikatakan memiliki “daya hidup” (bersifat “viable”) Spora-spora itu mungkin dapat hidup bertahun-tahun dan jelas sekali sering dapat menahan pengaruh radiasi ditempat-tempat yang tinggi.
b.     Biji
Biji berbentuk serbuk (dan buah yang kecil) Biji berbagai jenis tumbuhan seperti suku anggerik (Orchidaceae) dan buah yang hanya berisi satu biji, seperti buah beberapa jenis tumbuhan dari suku parasidik balanophoraceae yang terutama terdapat di daerah tropika, juga sedemikian kecil dan sangat ringan, selain itu kadang-kadang bersayap, dengan demikian itu cenderung untuk dihembus angin dengan cara yang kira-kira sama dengan spora.
c.      Biji Berjumabi
Biji ini biasanya mempunyai seberkas rambut-rambut seperti sutera pada salah satu ujungnya dan di bebaskan dari buah kendaga, yang setelah pecah hanya melepaskan biji-biji aitu sedikit demi sedikit, satu persatu. Tumbuhan yang bersangkutan biasanya berupa terna atau tumbuhan memanjat.
Contoh : Epilobium dan Asclepias, dan tumbuhanitu biasanya terdapat di tempat-tempat terbuka, yang di daerah itu atau dari tempat tumbuhnya itu nijinya dapat terangkut sampai sejauh ratusan mil.
d.     Buah Berjumbai
Golongan ini termasuk tumbuhan Taraxacum spp. Yang lazim dikenal, buah seperti bulu yang panjang pada avena spp. (Geum), dan buah-buah berambut sutera pada rumput kapas (Eriophorum spp.). Alat-alat ambhannya menyebabkan buah-buah itu terlepas oleh angin dan melayang-melayang pergi, sering untuk buah itu yang cukup jauh.
Tumbuhan yang bersangkutan biasanya berupa terna dan mencakup banyak rumput. Suatu hal yang ekstrim adalah bahwa dari beberapa diseminul rumput yang terperangkap di dalam udara setinggi beberapa ribu kaki dar permukaan tanah, dan mengingat bahwa pengamatan demikian biasanya bersifat sangat kebetulan saja, tampaknya besar kemungkinannya bahwa buah-buah itu sering dapat mencapai arus udara pada lapisan atas.
e.     Biji Bersayap
Pada biji ini biasanya terdapat bagian kulit biji yang tpis yang membentuk sayap, yang apabila biji-biji itu dibebaskan, misalnya dengan pecahnya kulit buah, biji yang sering dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar itu akan terbawa oleh angin. Biji seperti ini terutama terdapat pada pohon-pohon, semak-semak dan liana (tumbuhan memanjat berkayu).
f.      Buah Bersayap
Buah ini terutama terdapat pada pohon-pohon dan semak-semak, Buah ini merupakan buah yang mengalami modifikasi sedemikian rupa, sehingga menyebabkan pada terlepas oleh angin, setidak-tidaknya keluar dari pengaruh lingkungan dekat induknya. Contoh : Buah pada Betula spp dan buah pada Acer spp.


g.     Biji dan Buah Berambut Panjang
Kedua organ ini cukup mirip untuk dibahas bersama-sama, dan mendekati pula © dan (d) sifatnya yang paling menonjol adalah bahwa permukaannya tertutup oleh rambut-rambut panjang seperti sutera, atau seperti bulu domba (woll). Diaspora demikian ini cenderung tidak begitu efisien disbanding dengan yang berjumbai, namun demikian mampu untuk terbang sejauh beberapa mil.
Tumbuhnya seperti pada kategori (e) dan (f), pada umumnya berupa pohon atau semak-semak. Contoh : Biji yang mempunyai sifat demikian adalah biji kapas (Gossypium spp.), Salix spp., dan Populus spp. Sedang buah yang mempunyai sifat demikian adalah buah Anemone spp. Modus pemencaran ini sangat efektif, setidak-tidanya sejauh hal itu menyangkut transport biji yang bersangkutan.
h.     Rumput Gulung (Rumput Lomba-lomba)
Rumput-rumput ini sebagian tubuhnya yang mengandung biji, cenderung untuk bergulung (menggelinding) di muka angin melintas lahan terbuka, biasanya menaburkan biji-biji dan buahnya pada waktu yang bergulung-gulung. Pada umumnya tumbuhan ini berupa terna berumur pendek yang bercabang-cabang rapat yang kaku dan memencar dari suatu batang yang terletak di pusat dan keseluruhan mempunyai bentuk yang membulat.
Normal tumbuhan itu patah dengan mudah, dekat dengan permukaan tanah, denagn biji-biji dan buah dalam keadaan sedemikian mudah lepas, sehingga biji atau buah itu terlepas bila bagian diatas tanah itu bergulung-gulung. Rumput lomba-lomba terutama terdapat di daerah gurun dan padang rumput atau prairie yang kering. Contoh : Distel Rusia (Selsola Pastifer) di Amerika Utara dan Eryngium spp di batas utara sahar di Mesir (R.W. Haines Voce).
Dalam bentuknya yang tidak begitu ideal, semua cara tumbuhan atau bagian tumbuhan dalam keadaan tertentu secara kebetulan dapat merupakan rumut lomba-lomba, termasuk yang disebut “mawar Jericho” (Anastatica Usneoides) dan beberapa jenis lumut kerak dan lumut di daerah kutub utara.


i.       Lain Organ atau Lain Cara
Kategri ini termasuk potongan-potongan tumbuhan epifit (tumbuhan yang hidup pada tumbuhan yang lain) seperti : Lumut Spanyol (Tillandsia Usneoides) yang terhembus ke tempat-tempat baru pada pohon tempat tumbuhnya, sering dalam jumlah yang melimpah, biji-biji yang kebetlan melekat atau ikut tergulung dalam daun-daun kering terangkut bersama-sama daun-daun itu sampai jarak yang cukup jauh.
j.      Lontaran
Peristiwa ini merupakan pelontaran biji dari dalam biji, seperti buah kendaga pada aoyun (Papaver spp.) atau Verbascum spp. yang terdapat tinggi pada tangkai yang panjang yang dapat melengkung oleh angina tau terguncang oleh sentuhan hewan yang lewat, dan sering melengkung kembali untuk kemudian melontarkan sebagian isinya keluar kea rah yang berlawanan. Mekanisme “pedupaan” itu biasanya lemah, hampir (atau bahkan sama sekali) tidak menggerakkan biji dari lingkungan atau pengaruh langsung tumbuhan induknya, jauh lebih beruntung mendapat tiupan angin yang membawa biji-biji lebih lanjut atau terdapat lereng kebawah yang menguntungkan yang memungkinkan biji melambung dan menggelinding. Lontaran kadang dapat sangat efektif.
Pemencaran oleh angin terjadi terutama terhadap spora, dll, di tempat yang terbuka sehingga bukan hal yang tidak diduga bila di daerah kutub utara dan pegunungan tinggi yang tidak berpohon ditemukan suatu proporsi luar biasa besar dari tumbuhan asli yang mempunyai diseminul yang dipencarkan angin, sedangkan dalam hutan yang lebar dan tempat-tempat lain yang terlindung angin tidak begitu efktif. Sebagian besar pemencaran oleh angin, setidak-tidaknya untuk buah dan biji yang besar, bersifat diskontinu, diseminul terhembus oleh tiupan angin dan segera turun untuk menunggu hembusan berikutnya, dan prose situ dalam beberapa hal selalu berulang kembali.
Gambar 25 : Mekanisme pemencaran oleh angin dan diseminul
KETERANGAN :
a.      Buah kendaga sejenis anggerik (Cymbidium) terbuka, dengan biji yang lembut, tersebar oleh tiupan angin.
b.     Buah Asclepias, menunjukkan pembebasan biji-biji berjumbai yang efektif
c.      Buahn dengan “payung” pada Taraxacum
d.     Biji memipih (macrozanonia) dengan sayap seperti kertas yang luas
e.      Butir serbuk sari pinus, dengan ”sayap” menggelembung seperti balon yang memungkinkan untuk melayang-layang di udara
f.      Buah memipih pada Fraxinus
g.     Buah Acer dengan sayap yang pipih
h.     Buah pohon Linde (Tiha) diadaptasikan untuk pemencaran oleh angin dengan melekat pada daun yang khusus (daun pelindung)
i.       Buah Kendaga pada apyun (papaver) yang biji-bijinya hanya dapat terbebaskan keluar dengan goncangan yang keras
2.     PEMENCARAN OLEH AIR DAN ES
Bentuk-bentuk kehidupan tumbuhan yang paling awal dipencarkan oleh air dan bersifat akuatik, dan air masih berperan penting dalam pemencaran tumbuhan, khususnya tumbuhan yang tumbuh dalam air atau disekitarnya. Namun, walaupun modifikasi yang ternyata diperuntukkan bagi pemencaran oleh air ditemukan pada suatukisaran kuas tumbuhan darat, bentuk-bentuk itu tidak begitu menyolok atau secara luas tidak bagitu penting, seperti modifikasi untuk pemencaran oleh angin.
Untuk praktisnya setiap diseminul yang ringan terdapat kemungkinan untuk dipencarkan oleh air secara efektif sampai batas kemampuannya untuk mengapung dan mempertahankan daya untuk berkecmbah, yaitu sampai diseminul itu jenuh dengan air dan tenggelam atau menjadi busuk, atau sampai diseminul itu mati atau setelah mulai berkecambah gagal untuk mencapai habitat yang cocok. Oleh karena itu persyaratan utama untuk pemencaran oleh air adalah daya apung yang cukup dan impermeabilitasnya bagi air, dan tingkat perkembangannya pada suatu diseminul tertentu sering merupakan faktor paling penting yang menentukan keberhasilannya.
Diantara algae dan banyak tumbuhan tinggi (seperti gulma air dari Kanada, Elodea Canadensis) yang biasanya hidup dibawah permukaan air tidak perlu ada sifat impermeabilitas bagi air tumbuhan itu atau diseminulnya yang khusus hanya hanyut mengikuti setiap arus air, kadang-kadang menempel pada batang kayu gilig yang mengapung, dll.Penghanyutan demikian itu ternyata merupakan modus utama dalam pemencaran kebanyakan rumput laut.
Tumbuhan yang mengapung bebas seperti gulma itik (Lemna spp.) atau “cakar gagak air” (Ceratophyllum) terpencar luas karena tumbuhan itu mengapung di permukaan air, meskipun dapat tenggelam sampai dasar untuk mengarungi kala yang buruk. Contoh : Enceng Gondok
Cara-Cara utama pemencaran oleh air :
1.     Arus Laut
Arus laut dapat menyebabkan terjadi pemencaran jarak jauh yang sangat efektif untuk diseminul yang mengalami modifikasi yang sesuai, dalam beberapa peristiwa yang telah diketahui dapat melbihi 1000mil. Untuk pemencaran dengan cara ini diseminul normal harus dapat mengapung selama waktu yang panjang tanpa menjadi jenuh oleh air, juga harus tergolong dalam jenis-jenis pesisir (pantai) yang dapat tinggal menetap dibawah kondisi kadar garam tinggi di pantai berpasir, berlumpur, atau dengan kondisi yang lain. Contoh : Kelapa.
2.     Sungai dan Selokan
Sungai dan selokan biasa mengangkut buah-buah, biji, dan bagian-bagian lain pada tubuh tumbuhan, seringkali sejauh jarak antara sumber yang diangkut sampai kelaut. Dalam hal lain sungai dan selokan dapat membantu daerah-daerah yang tergenang air dengan penanaman bibit disitu. Biarpun demikian, pemencaran dengan cara ini jelas terbatas pada arah aliran air dan daratan yang bersangkutan, karena diseminul tumbuhan yang bukan tumbuhan laut atau tumbuhan pantai jarang sekali dapat bertahan bila terlalu lama mengapung di samudera.
Dengan demikian, semua cara biji, buah dan bagian hidup tumbuhan air atau tumbuhan di tepi-tepi sungai dapat terlihat diantara reruntuhan yang mengaung kearah hilir seringkali ditingglakna “terdampar” dalam situasi yang cocok untuk pertumbuhan dan untuk menetap, sedang di muara-muara yang dipengaruhi apsang surut migrasi sering kauh darimuara sungai, dibantu oleh arus pasang, baik kearah hulu maupun kea rah hilir sungai.
3.     Penghanyutan oleh hujan, banjir, dan danau
Air hujan tidak hanya memercikan ke luar biji atau spora dari organ-organ yang terbuka, tetapi bila membentuk aliran, dapat membawa biji-biji atau spora itu lebih jauh lagi daripada yang biasanya dapat dilakukan oleh factor-faktor lain, terutama bila air hujan yang turun berkembang menjadi “banjir mendadak” atau limpasan permukaan, barangkali sempat menjadi sungai kecil atau bahkan bersatu dengan sebuah sungai yang besar.
Limpasan yang cukup besar dapat dilihat di daerah sekitar kutub utara, bila dalam musim semi, salju mencair tetapi tanah tetap membeku dan tidak bersifat sarang ( meneruskan air). Kadang-kadang bagi diseminul tidak harus dapat mengapung untuk dihanyutkan, meskipun untuk memetik keuntungan dari emecaran oleh air dengan banjir yang biasa, dseminul itu sebaiknya mempunyai sifat dihanyutkan, sehingga diseminul itu harus pula dapat dihembus ke telaga-telaga. Hampir setiap bagian tubuh tumbuhan dalam keadaan tertentu dapat dipencarkan secara drastic oleh banjir.
Di danau-danau pada umumnya serupa dengan yang terjadi di sungai-sungai, tetapi terdapat lebih banyak keterbatasan pemencaran bagi jenis-jenis tumbuhan akuatik dan semi akuatik, dan jarak pemencaran biasanya pun pendek. Pada umumnya, jaringan yang sebagai bergabus atau mengandung udara menyebabkan bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat mengapung atau bagian vegetatif yang melayang-layang terlepas oleh hewan atau unggas liar yang sedang mencari makan.
4.     Gunung Es, Gumpalan Es, dan seterusnya.
Pembentukan “rakit” darisemua jenis material yang mengapung termasuk tumbuhan hidup dan diseminulnya. Setelah tiupan angin kencang, rebah, dan penghanyutan dalam musim semi sampai pada es yang “padat” dekat pantai atau sampai pada sungai es (gletser)yang kemudian “pecah” membentuk gunung es telah diketahui secara luas di wilayah kutub utara dan kutub selatan.
Suatu hal yang barang kali penting dan pasti lebih sering adalah pemencaran ganggang kersik (Diatomae) khususnya yang tumbuh pada gumpalan-gumpalan es dan bersaa gumpalan e situ mengkin dapat mengembara sejauh ratusan bahkan ribuan mil atau mengenai tumbuhan pantai seperti puccinellia phryganodes yang setelah terjadi pembekuan terperangkap dalam es yang terbentuk di pantai tempat tumbuh rumput itu. Dapat diperkirakan bahwa kejadian itu lebih tersebar luas selama zaman es. Es yang mengapung kea rah hilir di sungai-sungai atau hanyut ke danau-danau mungkin mempunyai peran yang nyata sebagai pengangkut diseminul yang tidak dapat mengapung.
Tentang penghalang dan penghambat bagi pemencaran oleh air dan es atau migrasi oleh air yang efektif, jelas bahwa hal ini mencakup tidak adanya air, setiap perintang terhadap gerakannya, atau untuk sementara, setiap terjadi pembekuan sampai pada dasar air. Rupanya sangat kecil terjadi pertukaran tempat antara air asin dan air tawar. Sedangkan samudera yang luas atau bahkan danau dapar merupakan penghalang bagi diseminul yang tidak dapat mengapung dan hidup cukup lama untuk dapat melintasinya, ebagai tumbuhan, demikian pula pengaruh iklim yang berbeda, yang terbukti tidak sesuai untuk menetapnya tumbuhan yang di transportasikan.
Gambar 26 : Buah dan badan-badan lain yang dipencarkan oleh air
KETERANGAN :
a.      Penampang buah kelapa (cocos nucifera)menunukkan kulit luar yang tebal berserabut dan berisi banyak udara yang memungkinkan buah mengapung dengan terlindung
b.     Semai yang sedang tumbuh pada pohon bakau (buah yang masih melekat pada pohon) setelah terlepas banyak semai demikian banyak yang mengapung terus-menerus selama berminggu-minggu.
c.      Kapsul pada Cardiospermum yang menggelembung, yang paling kanan dipotong melintang untuk menunjukkan biji yang terkandung didalamnya (buah seperti itu dapat dihembus angin, dapat pula mengapung)
d.     Buah Hiretiera Latoralis, teradaptasi untuk pemencaran oleh air dengan kulit luar yang tebal berserabut, menyelubungi sebuah ruang (tampak pada sebagian spesimen dibawah)
e.      Biji Macuna Gigantea, teradaptasi untuk pemencaran oleh air dengan kulit biji tak tembus air dan mengandung ruang udara yang mengelilingi lembaga (tampak pada sebagian spesimen di sebelah kanan)
f.      Buah teratai (Nelumbo nucifera) terbenam dalam ujung dasar buah yang membesar (baik dasar buah maupun buahnya sendiri dapat melayang-layang di air).
3.     PEMENCARAN OLEH HEWAN (SELAIN MANUSIA)
Dengan mobilitas yang nyata dan kehidupannya diantara tumbuhan, hewan yang untuk makannya dan hal-hal lain sangat bergantung pada tumbuhan. Meskipun banyak sekali cara-cara pengangkutan diseminul oleh hewan. Ada dua kategori utama yang terbawa secara eksternal dengan menempel atau melekat pada permukaan tubuh hewan (yang disebut pengangkutan secara ektozoik atau epizoik) dan yang diangkut secara internal, setelah diseminul ditelan (pengangkutan endozoik).
Untuk cara pemencaran yang belakangan itu, biji, buah, atau diseminul lainnya (wadah diseminul) pada umumnya mengalami modifikasi menjadi menarik dalam kenampakannya dan khususnya menjadi pakan hewan, misalnya denga warnanya yang cerah dan berair “juicy” bila telah masak seperti terdapat pada persik, buah ara, raspberry, dan plum.
Untuk pemencaran ektozoik, diseminul umumnya bersifat lekat oleh adanya permukaan yang berperekat atau yang lebih sering dengan dimilikinya kait atau kelengkapan lain untuk melekat pada bulu kulit. Contoh : Arctium spp. dan Bidens spp.
Pemencaran yang dilakukan Oleh Hewan, yaitu :
a.     Burung
Berdasarkan kenyataan mengenai jumlahnya yang melimpah dimana saja di bumi ini, tentang jarak yang demikian jauh yang oleh kebanyakan burung biasa dicapai dengan terbang, dan kemampuannya untuk terbang melintasi hamparan-hamparan air yang sangat luas, burung cenderung merupakan golongan hewan yang paling penting dilihat dari segi pemencaran tumbuhan. Selanjutnya burung dapat melupakan diri untuk “berias” bila dalam keadaan sakit dan dengan demikian dapat dilekati bahan-bahan atau bahan-bahan itu membeku pada paruh, kaki atau bulunya bila dalam suatu badai tercebur atau terhembus kelaut atau pada “lompatan-lompatan” yang berulang-ulang merea lakukan yang lambat laun dapat mencapai jarak yang cukup jauh. Ridley menyebutkan banyak sekali contoh tumbuhan air yang terbukti dipencarkan oleh burung ke kolam-kolam atau rawa-rawa yang terpencil.
Mengenai transportasi secara endozoik, kefektivannya akan bergantung bukan hanya pada ketahanannya terhadap pencernaan tetapi juga bergantung pada lamanya diseminul di dalam tubuh burung Khususnya setelah makan, biji-biji dapat dimuntahkan kembali pada suatu jarak tertentu, tana melewati saluran pencernaan makanan. Kerner mengemukakan bahwa bila banyak jenis burung di dalam tinjanya “dibawah kondisi biasa” tidak mengandung biji yang dapat berkecambah, beberapa jenis burung yang lain melepaskan sampai 88% biji-biji dan buah-buah itu pada umumnya hanya tertahan selama dua atau tiga jam.

Gambar 27 : Adaptasi untuk pememcaran oleh hewan
KETERANGAN :
a.      Buah Elephantopus (kiri), Cosmos (tengah), dan Bidens (kanan) yang menempel pada hewan
b.     Buah Triumfesta dengan kaiy untuk menempel
c.      Penampang bujur buah persik (prunus Persica) menunukkan daging yang menarik, ”batu” pelindung dan biji dipusat
d.     Buah Arbei (fragraria), menunjukkan biji-biji yang resisten dan mengandung lembaga yang terdapat pada permukaan buah
e.       Buah pala (Myristical yang masak, pecah, menunjukkan biji yang dihiasi salut berwarna yang menarik
f.      Buah “Jangan Lupa Saya” dari Cina (Cymoglossum amahile) yang mempunyai alat-alat tambahan seperti kait dan lekat.
Setelah burung mendapatkan dan menelan suplai makanan yang banyak, secara positif dapat ditegaskan bahwa semua gabah dalam waktu 12 bahkan sampai 18 jam belum sampai kedalam lambung pengunyah . dalam tengang waktu itu seekor burung dapat terbang sampai sejauh 5000 mil. Beberapa jenis alap- alap dan burung hantu cepat-cepat menelan mangsanya dalam keadaan utuh, dan setelah tenggang waktu antara dua puluh jam memuntahkan butiran-butiran yang seperti saya ketahui dalam pengalaman kebun binatang, mencakup biji- biji yang masih mampu berkecambah sebagian biji tanaman berkecambah setelah dalam perut burung pemangsa 12 – 20 jam dan biji tumbuh selama 2 hari sampai 4 hari didalam tubuh burung.
b.     Hewan menyusui
Diantara banyak hewan, hewan menyusui merupakan hewan terpenting kedua sebagai pemecar tumbuhan setelah burung. Kecuali codot dan kelelawar. Hewan menyusui merupakan agen pemecaran yang penting untuk banyak tumbuhan terbentuk terna yang mempunyai biji – biji yang kecil yang oleh hewan menyusui itu ditelan bersama daun –daun bagian tumbuhan yang mereka makan merupakan pengangkut utama tumbuhan yang mempunyai dfseminul yang berperekat. Kendati banyak hewan menyusui yang melakukan pencernaan sehingga sebagian besar biji dan buah yang mereka masukan kedalam tubuhnya tidak mam[pu lagi berkecambah.setelah dikeluarkan, namun banyak sekali contoh –contoh desiminul yang diekskrasikan tanpa kerusakan, dan kita selalu ingat hewan yang mati mendadak atau dibunuh oleh hewan pemangsa.
Buah yang biji didalamnya ditakdirkan untuk dipencarkan oleh hewan menyusui cenderung tidak menarikn perhatian dibandingkan dengan buah yang deimaksude dapat menarik perhatian burung. Karena hewan menyusui kerap kali mempunyai kulit berambut tebal me5reka cenderung lebih efektif daripada burung dalam system transportasi ektozoik buah-buahan yang menempel seperti buah yang memiliki kulit atau kelengkapan lainnya untuk melekat. Banyak hewan menyusui dengan kulit berambut tebal melintasi dan berkeliaran didaerah yang luas dan jauh bahkan banyak diantarnya melintasi jalur es dikutub utara. Beberapa jenis biji dan buah yang melekat pada hewan ddiantaranya dengan perantaraan kelenjar – kelenjar berperekat atau karena sifatnya yang lekat seperti bulir – bulir kecil pada rumput –rumput.
c.       hewan rendah
Meskipun hewan melata zaman sekarang banyak banyak yang makan daging beberapa diantaranya ada yang makan buah dan dapat dijadikan vektor dalam pemecaran buah.
Dalam hubungan ini yang lebih penting adalah ikan air tawar yang banyak diantaranya pemakan tumbuhan dan penelan biji - bijian tumbuhan air dan biji – bijian semi akuatik,dan beberapa dari jenis ikan itu ada yang berinegrasi lewat darat yaitu dari rumput – rumput basah . dari semua tumbuhan biji yang tumbuh di air semuanya yang dijadikan pakan ikan semua tumbuhan tersebut dapat berkecambah.
Setelah berada dalam rongga perut untuk satu sampai tiga hari , sebelum secara alami dikeluarkan bersama tinja sering kali masih dalam keadaan utuh untuk dimakan pemangsa ikan berikutnya,yang setelah waktu beberapa jam memuntahkan biji yang telah ditelan sebelumnya yang terkandung dalam butiran – butiran.
Serangga merupakan hewan paling rendah yang terpenting dalam hal pemencaran tumbuhan, khususnya untuk tumbuhan yang sangat kecil seperti spora - spora cendawan.
Transportasi pada umumnya terjadi dalam penelanan spora oleh serangga melewati tubuh serangga bersama ekstretnya dengan dibawa kesarangnya untuk pakan dan menempel pada serangga itu. Belalang merupakan contoh utama yang sampai jarak jauh membawa biji – bijian sedangkan semut menempelkan butiran butiran pada rongga tubuhnya
4.     PEMENCARAN OLEH MANUSIA
Manusia merupakan perusak hutan dan penyebab erosi yang paling besar, hal ini memencarkan baik gulma maupun tanaman budidaya. Dalam perjalanannya didunia dan dalam jumlah yang kian lama kian membesar dan dengan kecepatan dan kemudahan yang terus menerus meningkat manusia selalu menggangkat diseminul bafik disengaja maupun tidak disengaja. Juga sangat penting adalah pengaruh dari hewan piaraan yang digembalakanatau ganguan dari kuimunitas alami hewan pemakan tumbuhan hanya sedikit kehidupan tumbuhan dibumi ini yang tidak ada terdapat campur tangan manusia. Dimana tumbuhan asli didesak oleh tumbuhan jenis- jenis asing. Biarpun demikian terjadi gangguan drastic terhadap pvegetasi aslinya pada umumnya tumbuhan yang diintroduksikan belum lama ini gagal dalam bersaing dengan tumbuhan – tumbuhan asli yang dominan dan akibatnya hanya dapat mengambil sebagian alami yang tidak seberapa berarti dalam sebagian besar komunitas tumbuhan.
Di antara yang eksterem diantara tunbuhan – tumbuhan itu, seperti kebanyakan galur- galur tumbuhan holtikultural, yang terbatas pada tumbuhan dan kebun – kebun yang terus menerus, dengan jenis-jenis tumbuhan yang setelah diintroduksikan makin menetap dengan demikian perantaraan factor-faktor alam sehingga tumbuhan itu hanya dapat dibedakan dari tumbuhan asli dari sejarahnya yang diketahui. Beberapa tumbuhan jenis asing masih subur beberapa waktu dan kemudian menghilang sedang yang lain selama bertahun-tahun terbatas pada satu tempat saja
Disamping pengangkuatan secara sengaja tumbuhan yang diinginkan untuk kepentingan pertanian, holtikultural, obat-obatan dan lain –lain.gulma sering dipencarkan tanpa diketahui bersama-sama dengan biji-biji sayuran padi-padian, dan bungga- bungga kebun, selain itu juga bersama-sama tumbuhan dalam pot dan dalam pemindahan tumbuh –tumbuhan. Semua bentuk desiminul dan tumbuhan yang sungguh dipencarkan secara kebetulan melalui lalu lintas darat atau air pembangunan sampah dan dalam pengangkutan barang aatu tanah, sedangkan campuran pakan hewan ,reruntuhan dan pupuk kandang merupakan sarana – sarana penggankutan yang ekstensif.
Dalam hubungan ini perjalanan dengan pesawat udara merupakan penggangkutan yang sangat efektif. Karena seseorang melangkah memasuki pesawat terbang disuatu benua dan turun dibenua lain sering dengan gerakan sedikit sementara menghilangan biji dan buah yang menempel di pakaiannya. Hal yang sama berlaku pula pada hewan yang diangkut yang selalu membawa kemungkinan yang besar mengangkut biji dan buah yang menyangkut dalam tubuhnya yang tebal. Selanjutnya tidak ada mengenai batas yang jumlah atau keanekaragaman yang menyangkut dalam manusia baik itu wanita atau pria bila mereka berjalan dalam lumpur atau lempung untuk disikat atau diambil kemudian atau diangkut dalam olehnya dan dimakan dan dibuang kembali menjadi kotoran.
Perbedaan yang sering diamati dalam migrasi tumbuahan introduksi dengan artificial yang sesungguhnya biarpun demikian terutama karena besarnya kemampuan adaptasi jenis tumbuhan. Terahadap kondisi setempat karena pemencaran itu sendiri merupakan sesuatu yang esensial. Seperti yang akan kita lihat dalam bab VI dan dibagian lain, tumbuhan cendrung untuk dapat diadaftasikan bila tumbuhan bersifat variable baik persayatan mengenai habitatnya maupun dalam persyaratan mengenai habitatnya maupun dalam bentuknya sesuian dengan itu beberapa jenis gulma yang ada di eropa seperti misalnya dompet gembala dan rumput kecil poa anoa secara praktis telah menjadi gulma yang tersebar diseluruh dunia tanpa ada adptasi khusus untuk pemecaran jarak jauh sedangkan jenis – jenis tumbuhan lain yang diseminulnya tidak perlu diragukan lagi dan terangkut lebih luas relative masih terbatas pada daerah geografisnya ( yang asli ). Kadang –kadang kondisi iklim tanah dan lain –lain keadaan setempat tidak sesuai dengan tumbuhan asli dalah demikian berat sehingga jenis tumbuhan baru itu harus menemukan habitat yang sempurna dan khusus bagi gulma. Habitata yang terbuka itu umumnya terjadi karena adanya kegiatan manusia dan biasanya segera tertutup oleh vegetasi apabila ditinggal kan oleh manusia.
5.     PEMENCARAN SECARA MEKANIK
Meskipun cara pemencaran ini biasanya hanya efektif untuk jarak pendek saja, lanataran secara mekanik atau bahkan pertumbuhan ekstensif dapat merupakan suatu keuntungan besar dalam migrasi tumbuhan. Maka, tumbuhan yang dapat menembakan desiminul nya keluar sekaligus dapat melontarkan desiminul itu kedalam angin yang sedang bertiup atau kepada hewan yang sedang lewat yang akan membawa desiminul sampai sejauh beberapa mil. Dan seringkali karena danya gejolak oleh angin atau hewan itulah terjadi mekanisme ledakan selain itu, pertumbuahn geragih yang agrisif menyusur permukaan tanah (gambar 28,b) dan batang dibawah tanah (rimpang), lihat gambar 28 A. Sering memberikan pada tumbuhan suatu keuntungan tersendiri dalam bersaing dengan tetangganya.
Mekanisme yang sangat efektif adalah mekanisme ledakan pembebasan spora pada beberapa Jenis cendawan, yang biasanya setelah pecah dengan tiba-tiba untuk meniadakan tekanan, dapat menembakkan spora atau organ pembentuk spora sampai jarak sejauh 15 kaki walaupun demikian mekanisme yang lebih dikenal adalah mekanisme ledakan beberapa jenis buah ( contoh ditunjukan pada gambar28) kombinasi ledakan dan perekatan juga dimanfaatkan oleh mentimun( ecballium ellatirium) yang ditunjukan dalam gambar 28 D. Bila buah telah mask buah itu akan jatuh dari tangkainya tekanan dalam pelontaran biji –biji bersama –sama dengan lender yang abanyak sekali dengan kekuatan sehingga biji – biji itu tebang melalui udara dan sangat jauh melalui udara . Sentuahan kecil saja dapat menjatuhkan buah dan bila ada binatang yang lewat bisa lansung memakannya dan membawa biji yang melekat di hewan itu lebih jauh lagi.
Banyak sekali ragam tumbuhan yang tergolong dalam tipe meledak yang disebabkan oleh turgor ini, yang lain”dipamerkan” oleh Cardamine spp. Yang mempunyai polong yang dapat pecah, yang katup –katup itu yang sempit mendadak gulung keluar dengan kekerasan dan melontarkan biji – bijinya dan apabila buah masak disentuh akan dilemparkan sejauh 2 kaki.
Pada banyak buah yang menyebabkan lontaran biji keluar dengan kekerasan ditimbulkan oleh teganggan – tegangan yang terjadi karena pengeringan. Pecahnya polong yang terdengar pada beberapa anggota sku tumbuhan polong lainnya ( leguminosae ) bersifat seperti itu kedua katup polong mandadak terpisah karena sering kali dengan putiran seperti spiral dengan kekerasan dan kekuatan melontarkan biji – biji yang keras licin dan keras. Contoh – contoh dari Eropa yang lazim dikenal oleh ini ddiberikan oleh Ulex spp.
Banyak jenis-jenis tumbuhan dari marga Viola yang umumnya dikenal, termasuk beberapa jenis Viola liar, yang buahnya terbelah menjadi tiga katup berbentuk perahu. (gambar 28, E) melontarkan biji-bijinya sampai sejauh15 kaki sebagai akibat pengeringan yang` tidak sama antara lapisan-lapisan dinding buah. Pengeringan ini menyebabkan lengkungan sisi-sisi katup denga akibat tertekannya biji-biji yang mengkilap bersama-sama, sehingga biji-biji itu satu persatu terdesak keluar, yang sering dipencarkan lebih jauh oleh percikan air hujan, yang juga dipencarkan dengan pecahnya bah masak yang keras adalah biji hamper semua warga suku Acanthaceae, sering kali hamper 30 kaki dari induknya dan anggota-anggota marga Claytonia, Montia, beberapa jenis phlox, dan Hamamclis spp.
Pada banyak warga suku Geraniaceae, buah tiba-tiba terbelah dalam sobekan-sobekan yang menggulung dan bekrja seperti “bandil” (Gambar 28, F) untuk melontarkan keluar biji-biji yang dapat mencapai jarak sampai 20 kaki. Beberapa jenis buah juga dipencarkan secara efektif dengan lontaran mekanik, termasuk buah buah Dorstenia spp yang terbenam dalam dasar buah yang besar dan berdagang, yang mengkerut bila dikeringkan, menimbulkan tekanan yang menyebabkan buah-buah yang kecil terlontar dengan kekerasan. Spora pada banyak tumbuhan t ke belakang bagian kotak spora bila sudah membuka dan memperoleh suatu derajat kekeringan, sedang gerakan gigi-gigi pada kotak spora lumut adalah higroskopik, membengkok ke belakang untuk membuka kotak spora dan memencarkan sporanya. Kegiatan ini terutama terjadi pada cuaca kering, bila keadaan untuk pemencaran adalah yang paling baik yang juga mampu bergerak sebaga akibat perubahan-perubahan higroskopik adalah banyak jenis buah yang berambut tugi. Harus diingat bahwa spora atau bahkan seluruh tubuh kebanyakan tumbuhan spora tingkat rendah, dapat bergerak secara aktif, dan berenang-renang dengan menggunakan bulu cambuk.
Gambar 28. Pemencaran dengan perpanjangan pertumbuhan atau dengan lontaran mekanik


KETERANGAN :
a.      Rimpang horizontal suatu jenis rumput (Ammophila arenaria yang merupakan pengikat pasir)
b.     Arbei (fragraria), geragih yang membentuk tumbuhan baru
c.      Buah pacar air (Impatiens Balsamina) yang pecah dan menghamburkan biji-biinya
d.     Pemencaran pada bii pada ”mentimun” (ecballium elaterium)
e.       Buah Viola sp. Yang masak, memperlihatkan biji-biji yang akan dilontarkan keluar dan sedang dilontarkan
f.      Buah Geranbun sp. Yang terlalu masak, menunjukkan “bandil” (alat pelontar) yang telah melontarkan keluar biji-bijinya.
6.     PENGHALANG
Bila kita membayangkan bahwa pada banyak jenis tumbuhan berbunga, seperti Sisymbrium Sophia dan Amaranthus retroflexusl, satu batang tumbuhan dapat enghasilkan sejuata biji atau lebih dalam satu musim panas dan bahwa beberapa jenis tumbuhan spora, seperti “jamur kelentos raksasa” (Lycoperdon (Calvatia) giganteum) data menghasilkan sebanyak berjuta-juta spora, namun tidak ada satupun ang memenuhi bumi ini, maka jelas bahwa hanya suatu bagian yang sangat kecil saja dari diseminul tmbuhan yang dihasilkan benar-benar dapat mencapai “raison di’etre” biologiknya. Untuk mewujudkan potensialnya yang penuh, suatu alat pekembangbiakan (calon tumbuhan baru) harus berkembang menjadi tumbuhan dewasa, yang pada gilirannya dapat mengadakan perkembangbiakan. Jumlah kematian yang menakjubkan itu disebabkan adanya kegiatan berbagai macam pengahalang, baik terhadap pemencaran maupun terhadap kemampuan untuk mempertahankan diri yang sesungguhnya, yang dari beberapa diantarnya telah kita lihat conto-contohnya. Seperti telah diterapkan untuk suatu “pemeran” pemencaran tertentu. Penghalang – penghalang itu dapat dibedakan dalam empat tipe utama, yaitu :
1.     Fisiografi yang disebabkan oleh sifat permukaan bumi. Yang paling jelas dari contoh ni adalah prairan yang luas untuk tumbuhan darat, dan untuk permukaan air daratan yang luas. Penghalang fisiografik lain adalah berupa gunung-gunung, baik langsung dengan mewujudkan rintangan yang bersifat mekanik maupun tidak langsung dengan mengubah keadaan iklim dan keadaan sejenisnya (cuaca) seperti suhu udara dan angina.
2.     Iklim, yang mencakup suhu yang berbeda-beda, kelembaban, cahaya, dan keadaan-keadaan lain. Karena ketergantungan yang erat antara tumbuhan dan kondisi-kondisi iklim, mintakat vegetasi dan mintakat iklim cenderung menunjukkan kesamaan satu dengan yang lain, mengingat iklim pada umumnya menentuikan batas-batas umum agihan tumbuhan.
3.     Tanah, faktor-faktor tanahpun sangat berbeda-beda, dalam factor tanah ang juga disebut factor-faktor edafik termasuk struktur fisik, komposisi kimia, kandungan lengas, keadaan suhu, bahkan juga termasuk kandungan organisme-organisme hidup yang masing-masing dapat mencegah suau diseminul untuk menetap di daerah baru.
4.     Makhluk hidup, termasuk tumbuhan lain. Persaingan untuk mendapat ruangan, cahaya, air dan lain-lain dengan tumbuhan lain yang sudah menetap disuatu daerah dan telah tumbuh dalam keseimbangan yang cukup baik dengan kondisi setempat, juga besar kemungkinannya menjadi penghalang yang tak teratasi bagi pendatan baru untuk menetap disuatu tempat, seperti penyenggutan atau gangguan lain oleh hewan (termasuk manusia). Akibatnya migrasi yang tersebar luas menjadi sangat terbatas pada tempat-tempat yang sedikit banyak dalam keadaan terbuka (belum dihuni) saja, seperti tebing-tebing pasir, lahan-lahan yang terganggu, dimana penghalang-penghalang baru akan memeinkan peranannya.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

















Daftar Pustaka
H. N. Ridley, The Dispersal of Plants throughout the World (Reeve, Ashford, Kent, halaman xx + 744, 1930). Sebuah monumen berisi informasi yang biasanya terpercaya tentang cara-cara dan keefektivan pemencaran tumbuhan, yang mencakup hampir semua aspek dari subyek. Penulisnya wafat belum lama pada usia lebih dari 100 tahun, mempertahankan, bahwa studi demikian, yang masih belum pula memuaskan, merupakan perlindungan yang sangat bagus terhadap kehidupan.
Charles Darwin. The orogin of Species by means of Natural Selection, edisi ke enam, dengan tambahan-tambahan dan koreksi-koreksi (Murray, London, halaman xxi-458, 1873).
H. B. Guppy. Plants, Seeds, and Currents in the West Indies and Azores Williams & Norgate, London, halaman xi + 531, 1971). Suatu karya tentang implikasi yang lebih jauh dari yang dikemukakan oleh judulnya.
A. Kerner (von Marilaun), & F. M. Oliver. The Natural History of Plants, jilid II, halaman 790 dan yang menyusul kemudian (et. Seq.) (Blackil, London, 1895).
Sir, E. J. Salisbury. The Reproductive Capacity of Plants (Bell, London, halaman xi-244, 1942)
L. V. Barton. Seed Preservation and Longevity (Leonard Hill, London-dalam pencetakan).
C. T. Ingold. Dispersal in Fungi (Clarendon Press, Oxford, halaman viii-197, 1953)